BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis,dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk – bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain degan menggunakan model – model keperawatan dalam proses keperawatan. Dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperwatan sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik, memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang variable – variable utama yang mempengaruhi situasi kilen. Langkah – langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan yang tepat utk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan informasi awal tentang focus kesehatan klien,umur, pola hidup dan aktivitas sehari – hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan pasien.
2. Mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang melandasi, definisi konsep dan hubungan antar konsep.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model self care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Conceps of Practice Self Care”. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi person ‘s unit (keluarga, kelompok dan komunitas) dan pada edisi ketiga sebagai lanjutan dari 3 hubungan konstruksi teori yang meliputi : teori self care, teori self care deficit dan teori nursing system.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI MODEL KEPERAWATAN MENURUT DOROTHEA E.OREM
A. Biografi Dorothea E. Orem
Dorothea E. Orem pendidikan sekolah perawatan di rumah sakit Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik di Amerika selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970).
Tahun 1958- 1959 sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan
Tahun 1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama kali
Tahun 1965 bergabung dengan Universitas Katolik di Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas
Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan dan disiplin keperawatan
Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa
Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik Amerika tentang teori keperawatan.
Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).
Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga teori, yaitu ; Theory self care, theory self care deficit, theory system keperawatan.
B. Pengertian
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahaankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit “ (Orem’s, 1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan – kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
C. Teori Sistem Keperawatan Orem
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu ;
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic sesuai dengan kebutuhan Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
a. Pemeliharaan intake udara
b. Pemeliharaan intake air
c. Pemeliharaan intake makanan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok social sesuai dengan potensinya.
2. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem. Yang menggambarkan kapan keperawatan di perlukan.Oleh karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.
Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif Teori self care deficit diterapkan bila ;
- Anak belum dewasa
- Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
- Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tapi diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” patien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self Care”. Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
a. The Wholly compensatory system
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh kepada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawtan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi, serta adanya manipulasi gerakan.
b. The Partly compensantory system
Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien post op abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
c. The supportive – Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri. Metode bantuan : Perawat membantu klien denagn mengguanakn system dan meallaui lima metode bantuan yang meliputi Acting atau melakukan sesuatu untuk klien, Mengajarkan klien, Menagarahkan klien, Mensuport klien, Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
D. Keyakinan dan nilai – nilai Kenyakianan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan.
3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan.
E. Tiga kategori self care
Model Orem’s menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care / yang disebutkan sebagai keperluan self care ( self care requisite ), yaitu :
1. Universal self care requisite
Keperluan self care uiniversal aadan oada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah : Pemeliaharaan kecukupan intake udara, Pemeliharaan kecukupan intake cairan, Pemeliaharaan kecukupan makanan, Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat, Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia, Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi., Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
2. Developmental self care requisite
Terjadi berhubungn dengan tingkat perkembangn individu dan lingkunag dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup sseseorang atau tingkat siklus kehidupan.
3. Health deviation self care requisite
Timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam prilaku self care.
F. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Model Orem membahas dengan jelas individu dan berfokus pada diri dan perawatan diri. Namun demikian, seseorang dianggap paling ekslusif dalam kontek ini sedangkan kompleksitas perawatan manusia dan tindakan manusia tidak dipertimbangkan. Dalam hal ini, model tersebut berada dalam kategori yang didefinisikan sebagai paradigma total, bahwa manusia dianggap sebagai sejumlah kebutuhan perawatan diri.
2. Lingkungan
Lingkungan juga dibahas dengan jelas dalam model ini. Namun, hal ini terutama dianggap sebagai situasi tempat terjadinya perawatan diri atau kurangnya perawatan diri.
3. Sehat dan Sakit
Ide ini juga terdapat dalam model tersebut, namun dibahas dalam kaitannya dengan perawatan diri. Alasannya bahwa jika individu dalam keadaan sehat mereka dapat memenuhi sendiri deficit perawatan diri yang mereka alami. Sebaliknya jika mereka sakit atau cedera, orang tersebut bergeser dari status agens perawtan diri menjadi status pasien atau penerima asuhan. Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini berarti sehat sakit tidak dibahas dalam konsep yang berbeda. Akan timbul masalah disini jika orang yang sehat tidak dapat melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.
4. Keperawatan
Model ini membahas dengan cara yang jelas dan sistematik sifat dari keperawatan dan kerangka kerja untuk memberikan asuhan keperawatan. Harus diketahui bahwa hal tersebut ditampilkan dalam bentuk pendekatan mekanistik berdasarkan pendekatan supportif-edukatif, kompensasi partial, dan kompensasi total. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan langsung yang dapat ditatalaksanakan.
G. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem”s secara umum adalah :
1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat diamna klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
4. Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara lngsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga/ komunitas adalah :
1. Menolong klien dalam hal ini keluraga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik
2. Menolong klien bergerak kearha tidaakan- tidakan asuahan mandiri
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluraganya yang mengalami gangguan secara kompeten.
4. Dengan demikian maka focus asuhan keperawatan pada model orem’s yang diterapkan pada praktek keperawatan keluarga/ komunitas adalah:
aspek interpersonal : hubungna didalam kelurga
aspek social : hubungan keurga dengan masyarakat disekitarnya.
aspek procedural ; melatihn ketrampilan darar keuraga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terajdi
aspek tehnis : mengajarkan keapda keluarga tentang tehnik dasar yang dialkukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secra benar.
H. Aplikasi Model Keperawatan Orem
Aplikasi Model Keperawatan Orem, dapat dilihat dari contoh kasus berikut:
Kasus:
Tn. J (50 th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat hipertensi dan dia seorang perokok berat (30 batang per hari). Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah:
1. Air (educative/supportif). Perawat harus mampu memberikan informasi tentang hubungan hipertensi dengan merokok.
2. Water (educative/supportif). Perawat harus mampu meykinkan adanya hydration-risk yang cukup dari polydipsia yang memicu hyperglycaemia (kadar gula yang tinggi dalam darah)
3. Food (partial compensatory). Perawat memberikan diet yan cocok untuk hipertensi dan diabetes, serta mengontrol gula darah setelah makan.
4. Elimination (educative/supporif). Klien membutuhkan monitoring.
5. Activity and Rest (adecative/ suportif). Perawat menginformasikan pada pasien tentang kegiatan yang cocok untuk pasien diabetes.
6. Solitude and Social Interaction (partial compensatory). Interaksi social dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi dan tigkah sosial.
7. Hazard Prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan pada pasien tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien.
8. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat membantu pasien untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga menjadi normal kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mempelajari model kosep atau teori keperawatan sebagaimana disampaikan dimuka maka dapat disimpulkan bahwa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan pemilihan model konsep atau teori keperawatan yang sesuai dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan .
Model konsep atau teori keperawatan self care mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan - kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep atau teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang therapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://perawattegal.wordpress.com/2009/12/12/636/. By posted: joe di/pada 12/12/2009
2. http://www.trinoval.web.id/2009/10/konsep-dan-aplikasi-model-keperawatan.html. By Posted: Trinoval Yanto Nugroho di Senin, Oktober 12, 2009
3. http://ariestaqyu.student.umm.ac.id/2010/01/29/teori-orem/ By Posted: ariestaqyu | s3jarah keperawatan | Friday 29 January 2010 3:45 pm
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG 1
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI MODEL KEPERAWATAN
MENURUT DOROTHEA E.OREM.
A. Biografi Dorothea E.Orem 2
B. Pengertian 3
C. Teori sistem keperawata orem. 3
D. Keyakinan dan Nilai – nilai 5
E. Tiga Kategori Self Care. 6
F. Hubungan Model dengan Pradigma keperawatan. 7
G. Tujuan. 8
H. Aplikasi Model Keperawatan Orem. 9
BAB III
PENUTUP.
KESIMPULAN. 10
DAFTAR PUSTAKA.
So Lee Yong Dae
Jumat, 07 Januari 2011
Kamis, 06 Januari 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah.
1.2 Tujuan
Tujuan kita membahas kata baku dan kata tidak baku adalah agar kita mengatahui apa arti dari kata baku dan tidak baku, tujuan penggunaan kata baku, dan mengetahui penggunaan ragam baku itu sendiri. Selain itu, agar kita dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik atau sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
1.3 Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengertian kata baku dan kata tidak baku,
2. Funsi kata baku
3. Ciri-ciri bahasa baku
4. Penggunaan Kata Baku,
5. Perbandingan bahasa baku dan bahasa tidak baku, dan
6. Penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping itu, kebakuan suatu kata juga ditentukan oleh kaidah morfologis yang berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Dalam Pedoman UmumPembentukan istilah (PUPI) diterangkan sistem pembentukan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tesebut akan telihat keberaturan dan kemanapan bahasa Indonesia.
Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.
2.2 Fungsi Kata Baku
1. Pemersatu
Pemakaian bahasa baku dapat memperstatukan sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa.
2. Pemberi kekhasan.
Pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
3. Pembawa Kewibawaan.
Pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. Kerangka acuan
Bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
2.3 Ciri –Ciri Bahasa Baku
1. Tidaka dipengaruhi bahasa daerah
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing
3. Bukan merupakan bahasa percakapan
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
5. Pemakaian yang sesui dengan konteks kalimat
6. Tidak terkontaminasi, tidak rancu
7. Tidak mengandung arti pleonasme
2.4 Penggunaan Kata Baku
Kata baku biasa digunakan pada :
a) Surat menyurat antarlembaga
b) Laporan keuangan
c) Karangan ilmiah
d) Lamaran pekerjaan
e) Surat keputusan
f) Perundangan
g) Nota dinas
h) Rapat dinas
i) Pidato resmi
j) Diskusi
k) Penyampaian pendidikan
l) Dan lain-lain.
2.5 Perbandingan bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Kalimat baku merupakan kalimat yang secara efektif dapat dipakai untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Tujuannya, agar intonasi tersampaikan secara baik.
Beberapa kesalahan yang menghasilkan kalimat tidak baku:
1. Terpengaruh bahasa daerah
contoh:
Apa kamu sudah makan?
Apakah kamu sudah makan?
Bukumu ada di saya ~ Bukumu ada pada saya.
2. Terpengaruh bahasa asing
contoh:
- Orang yang mana berbaju putih itu abangku.
- Orang yang berbaju putih itu abangku.
3. Kerancuan
contoh:
- Di sekolahku mengadakan pesta.
- Di sekolahku diadakan pesta.
- Sekolahku mengadakan pesta.
4. Kemubaziran
Contoh:
- Kami semua sudah hadir.
- Kami sudah hadir.
5. Terpengaruh bahasa tutur
Contoh :
- Saya sudah bilang sama dia.
- Saya sudah berkata dengan dia.
- Emangnya itu bini Tono ?
- Apakah itu istri Tono?
6. Salah susunan kata
Contoh :
- Kami sudah baca suratmu.
- Suratmu sudah kami baca.
2.6 Penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, Yaitu :
1.Pelesapan imbuhan.
2.Pemborosan penggunaan kata.
3.Ketidaktepatan pemilihan kata.
4.Penggunaan konjungsi ganda.
5.Kerancuan bentuk.
6.Kesalahan ejaan.
7.Pelesapan salah satu fungsi kalimat.
8.Kesalahan struktur kalimat.
2.7 Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulakan bahwa, Kata Baku merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Sedangkan kata tidak baku merupakan ata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan dalam bahasa percakapan sehari – hari.
Kata baku berfungsi sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan.
Kata baku biasa digunakan pada surat menyurat antarlembaga, laporan keuangan, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, surat keputusan, perundangan, nota dinas, rapat dinas, pidato resmi, diskusi, penyampaian pendidikan, dan lain-lain.
Kesalahan yang menghasilkan kalimat tidak baku adalah terpengaruh bahasa daerah, terpengaruh bahasa asing, kerancuan, kemubaziran, terpengaruh bahasa tutur, dan salah susunan kata.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kekhilafan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar dalam penulis dapat memperbaiki dan dapat membuat makalah lebih baik atau sesui dengan aturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggota IKAPI Cabang Jabar. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia.
2. http://kata-baku-kata-baku.blogspot.com/
3. http://bungahijau.blogspot.com/2009/04/artikel-makalah-kata-baku-dan-tidak_04.html
4. http://id.wikipedia.org/wiki/kata/ baku-dan-non-baku
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kata Baku dan Kata Tidak Baku
2.2 Funsi Kata Baku
2.3 Ciri-ciri Kata Baku
2.4 Penggunaan Kata Baku
2.5 Perbandingan Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
2.6 Penyebab Ketidakbakuan Kalimat Dalam Bahasa Indonesia
2.7 Contoh Ejaan Baku dan Ejaan Tidak Baku
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK) – 1, semester 1 Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti Kerinci. Tahun Akademik 2010/2011.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada senua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Akan tetapi, kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami akan senantiasa menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Sungai Penuh, Oktober 2010
Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah.
1.2 Tujuan
Tujuan kita membahas kata baku dan kata tidak baku adalah agar kita mengatahui apa arti dari kata baku dan tidak baku, tujuan penggunaan kata baku, dan mengetahui penggunaan ragam baku itu sendiri. Selain itu, agar kita dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik atau sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
1.3 Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengertian kata baku dan kata tidak baku,
2. Funsi kata baku
3. Ciri-ciri bahasa baku
4. Penggunaan Kata Baku,
5. Perbandingan bahasa baku dan bahasa tidak baku, dan
6. Penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping itu, kebakuan suatu kata juga ditentukan oleh kaidah morfologis yang berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Dalam Pedoman UmumPembentukan istilah (PUPI) diterangkan sistem pembentukan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tesebut akan telihat keberaturan dan kemanapan bahasa Indonesia.
Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.
2.2 Fungsi Kata Baku
1. Pemersatu
Pemakaian bahasa baku dapat memperstatukan sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa.
2. Pemberi kekhasan.
Pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
3. Pembawa Kewibawaan.
Pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. Kerangka acuan
Bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
2.3 Ciri –Ciri Bahasa Baku
1. Tidaka dipengaruhi bahasa daerah
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing
3. Bukan merupakan bahasa percakapan
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
5. Pemakaian yang sesui dengan konteks kalimat
6. Tidak terkontaminasi, tidak rancu
7. Tidak mengandung arti pleonasme
2.4 Penggunaan Kata Baku
Kata baku biasa digunakan pada :
a) Surat menyurat antarlembaga
b) Laporan keuangan
c) Karangan ilmiah
d) Lamaran pekerjaan
e) Surat keputusan
f) Perundangan
g) Nota dinas
h) Rapat dinas
i) Pidato resmi
j) Diskusi
k) Penyampaian pendidikan
l) Dan lain-lain.
2.5 Perbandingan bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Kalimat baku merupakan kalimat yang secara efektif dapat dipakai untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Tujuannya, agar intonasi tersampaikan secara baik.
Beberapa kesalahan yang menghasilkan kalimat tidak baku:
1. Terpengaruh bahasa daerah
contoh:
Apa kamu sudah makan?
Apakah kamu sudah makan?
Bukumu ada di saya ~ Bukumu ada pada saya.
2. Terpengaruh bahasa asing
contoh:
- Orang yang mana berbaju putih itu abangku.
- Orang yang berbaju putih itu abangku.
3. Kerancuan
contoh:
- Di sekolahku mengadakan pesta.
- Di sekolahku diadakan pesta.
- Sekolahku mengadakan pesta.
4. Kemubaziran
Contoh:
- Kami semua sudah hadir.
- Kami sudah hadir.
5. Terpengaruh bahasa tutur
Contoh :
- Saya sudah bilang sama dia.
- Saya sudah berkata dengan dia.
- Emangnya itu bini Tono ?
- Apakah itu istri Tono?
6. Salah susunan kata
Contoh :
- Kami sudah baca suratmu.
- Suratmu sudah kami baca.
2.6 Penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, Yaitu :
1.Pelesapan imbuhan.
2.Pemborosan penggunaan kata.
3.Ketidaktepatan pemilihan kata.
4.Penggunaan konjungsi ganda.
5.Kerancuan bentuk.
6.Kesalahan ejaan.
7.Pelesapan salah satu fungsi kalimat.
8.Kesalahan struktur kalimat.
2.7 Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulakan bahwa, Kata Baku merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Sedangkan kata tidak baku merupakan ata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan dalam bahasa percakapan sehari – hari.
Kata baku berfungsi sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan.
Kata baku biasa digunakan pada surat menyurat antarlembaga, laporan keuangan, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, surat keputusan, perundangan, nota dinas, rapat dinas, pidato resmi, diskusi, penyampaian pendidikan, dan lain-lain.
Kesalahan yang menghasilkan kalimat tidak baku adalah terpengaruh bahasa daerah, terpengaruh bahasa asing, kerancuan, kemubaziran, terpengaruh bahasa tutur, dan salah susunan kata.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kekhilafan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar dalam penulis dapat memperbaiki dan dapat membuat makalah lebih baik atau sesui dengan aturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggota IKAPI Cabang Jabar. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia.
2. http://kata-baku-kata-baku.blogspot.com/
3. http://bungahijau.blogspot.com/2009/04/artikel-makalah-kata-baku-dan-tidak_04.html
4. http://id.wikipedia.org/wiki/kata/ baku-dan-non-baku
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kata Baku dan Kata Tidak Baku
2.2 Funsi Kata Baku
2.3 Ciri-ciri Kata Baku
2.4 Penggunaan Kata Baku
2.5 Perbandingan Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
2.6 Penyebab Ketidakbakuan Kalimat Dalam Bahasa Indonesia
2.7 Contoh Ejaan Baku dan Ejaan Tidak Baku
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK) – 1, semester 1 Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti Kerinci. Tahun Akademik 2010/2011.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada senua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Akan tetapi, kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami akan senantiasa menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Sungai Penuh, Oktober 2010
Penulis
“ Kuharap Kau Tahu “
Tahukah Engkau……???
Aku Ini Punya Rasa…
Aku Ini Punya Harga Diri...
Yang Tak Mampu Engkau Beli...
Kuingin Engkau Tahu....
Aku Ini Bukan Seekor Binatan
Yang Bisa Kau Atur Semena – Mena...
Yang Bisa Kau Caci Maki Sesuka Hati...
Aku Juga Ingin Kau Tahu....
Aku Juga Bukan Robot Super....
Yang Bisa Kau Atur dengan Remot Pengendali....
Yang Bisa Memuaskan Hati....
Maukah Engkau Tahu.... ???
Ku Tak Ingin Selalu Begini....
Karena Aku Juga Manusiawi....
Yang Tak Ingin Kau Mainkan Sesuka Hati....
Sudahkah Kau Tahu....???
Hatiku Telah Habis Terkikis Air Mata...
Otakku Telah Kempis Memikir Sebuah Asa...
Kakiku Telah Letih Menahan Semua Derita...
Kuharap Kau Tahu...,
Ku Tak Ingin Lagi Seperti Ini...
Karna Aku Punya Harga Diri...
Yang Tak Mapu Kau Beli.....
Kuharap Kau Mengerti....!!!
By : SomeOne
Langganan:
Postingan (Atom)